Kamis, 24 Desember 2009

OPEN, KOPEN LAN NGOPENI

Miris.. trenyuh.. dan medeni (menakutkan).. itulah yang saya rasakan , setelah menyaksikan berita-berita di berbagai media akhir-akhir ini.. Betapa tidak..
- Dhuhh.. Saya miris menyaksikan pesawat-pesawat rekanTNI yang mengalami kecelakaan..
- Gustii.. Saya trenyuh menyaksikan jerit tangis.. para istri, anak dan keluarga para Prajurit TNI yang
mengalami musibah kecelakaan...
- Jan.. medeni dan nggegirisi, betapa sedihnya Mbak yu Prita.. jadi tahanan karena rasan-rasan di
internet..

Sampai pada akhirnya.. suatu ketika saat pulang kerja, disebuah sudut jalan ada warung kopi yang lumayan ramai.. saya belokkan motor saya, setelah dekat, saya dengar para pembeli sedang asyik “ngrumpi dan ngrasani”.. berita-berita itu.. bahkan lebih gayeng dan ramai dari pada talk show di TV.. Hhmm.. eman kalau terlewatkan apalagi yang sedang ngrumpi dan rerasanan para Bapak tukang becak.. pasti mereka bicara yang “Bloko suto.. cetho welo-welo..blak kutang terus terang..” tentang kahanan ini.. Secangkir kopi tubruk saya pesan dan “jimat” 234 saya nyalakan.. sambil menikmati sayapun nguping tentang apa yang mereka bicarakan..

Sekian lama mendengarkan tidak terasa kopi habis dan 234 saya sudah terasa panas.. dan ponselpun ada pesan kalo anak bojo sudah nunggu.. saya bayar lalu saya pulang.. Tapi kepala ini kenapa kok selalu ingat dengan salah satu pendapat dari mereka yang bilang “kabeh iki ancene podho gak open..!!! (Semua ini memang pada tidak peduli..) .... yang dalam dalam perjalanan terus saja mengganjal di hati saya...

Seterusnya saya bertanya-tanya dalam hati... isi kepala mulai ikut uthak-athik mathuk (seperti Pak Arief Nur Cahyo bilang) dan mencoba menggathuk-gathukkan (menghubung- hubungkan mungkin begitu) dengan kahanan dalam berita-berita yang ada..
Apakah benar.. apa yang dikatakan oleh Bapak-bapak tukang becak tadi..kalau kita semua tidak open... ???? terus yang dimaksud "kita" yang tidak open juga siapa?? saya sendiri juga tidak bisa jawab...

Akhirnya saya coba mempretheli dan coba memblejeti tanpa kamus, kata-kata orang tadi tentang masalah open...

Open saya coba artikan (kalau tidak salah) sebagai peduli, masyarakat sini mungkin lebih familier degan kata ngreken, Open itu sendiri sifatnya pribadi dan “seharusnya” ada di setiap diri manusia yang merasa sebagai hamba sosial, lebih-lebih yang punya tangggung jawab terhadap sesuatu hal yang seharusnya di openi.. Open atau tidak sebenarnya tinggal niat kita saja .. Apapun yang ada didekat kita dan menjadi tanggung jawab kita, dalam hati harus tumbuh rasa open itu.. karena sepertinya rasa open ini sebagai dasar atau kalau wong linuwih bilang itu Fundamental..

Lalu Ngopeni..
Ini merupakan perwujudan dari rasa open yang tercermin dalam tingkah laku kita atau kridha obahing raga... tentu saja tiap manusia berbeda-beda caranya.. contoh kecil kalau kita open dengan rumh kita maka ngopeninya ya dengan merawatnya.. Tentu saja kita wajib open tehadap apapun, tetapi harus ada pihak atau orang yang Tinanggenah dan bertnggung jawab terhadap wujud ngopeni ini..dan akan dituntut tanggung jawabnya bila terjadi sesuatu..contoh yang tinanggenah untuk ngopeni keluarga adalah orang tuanya..

Kalau sudah punya rasa open kemudian gelem ngopeni.. maka segala sesuatunya pasti...
kopen..
artinya terawat atau terpedulikan.. entah apapun itu... dan kalau sudah kopen, semua dapat berjalan dengan semestinya... contohlah kalau kita open dan ngopeni badan kita pasti kesehatannya akan kopen..

Karena itulah setelah mendengarkan pembicaraan di warung kopi tadi, dalam perjalanan saya terus berfikir, berfikir lagi lalu bertanyalagi dalam hati....
“Benarkah Kita ini tidak open, dan tidak mau ngopeni.... yang akhirnya terjadi...

- Budaya Reog yang asli Ponorogo-Indonesia mau pindah tangan ..
- Ambalat yang kaya minyak jadi lirikan...
- Siti Hajar sang TKW harus babak belur jadi bulan-bulanan...
- Mbak yu Prita sing pengen kopen jadi tahanan...
- Pesawat-pesawat tentara kita yang kita banggakan berjatuhan..

Saya tidak berani menjawab meskipun itu yang tanya juga dari saya sendiri.. karena saya kuwatir, jawaban saya nanti di politisir dan memuat hati orang atau pihak lain tidak nujuprana dan tidak menyenangkan... yang akhirnya saya akan dituntut dengan Pasal pencemaran nama baik (nama baik kuwi jane sing koyo opo to...), ataupun terjerat Undang-Undang IT.. seperti yang mbak yu Prita alami.. waduhh.. jan nggegirisi..

Saya biarkan saja pertanyaan itu dalam hati.. biar yang baca saja yang menilai (itupun kalau ada yang mau baca tulisan saya yang tidak bernilai ini).. saya juga tidak mau anda menjawab pertanyaan tentang kata-kata Bapak-bapak diwarung kopi itu apakah open atau tidak.. karena saya juga tidak mau “Jiniwit Katut” seperti Pak Arif Nur Cahyo bilang.. Entah saya atau anda yang di jiwit atau di katutkan...

Bisa saya cuma ajak-ajak dan mengajak kepada pribadi saya sendiri beserta sanak dan kadang semua, marilah pada open lan ngopeni entah pada apapun dan siapapun.. seperti..
- Suramadu sudah jadi, tinggal kita mau open lan ngopeni.. ojo diregedi..
- Dalam bekerja kita ayo sing open agar bernanfaat bagi sesama..
- Dalam pasrawungan mari open dengan rekan kita..
- Bojo anak bagi yang sudah punya, ayo diopeni.. biar kopen, supaya tidak “diopeni” orang lain....
- Kalo punya Putri Prawan cantik.. jodohkan saja dengan Lelaki lokal Indonesia, meskipun bukan anak Sultan dan pas-pasan sing penting open.. timbangane oleh anak Sultan sing sugih mas-masan lan mubra-mubru nanging awak kebak tatu..
- Sing podo nulis di facebook juga harus open, lan ngopeni tulisane dhewe-dhewe.. takutnya kena
tuntutan pasal-pasal kebaikan nama..
- Itu sajalah....

Serta satu hal yang lebih penting kawan, sanak kadang semua Open dan Gelemo ngopeni semua yang sudah Tuhan anugerahkan pada kita disemesta ini termasuk Negara yang Indah ini...

Bersamaan dengan tidak terjawabnya pertanyaan saya terhadap kata-kata orang yang ngopi tadi, motor saya percepat jalanya, mau cepat-cepat sampai rumah.. yang pasti bojo dan anak sudah ngenteni.. dan saya yang tinanggenah jadi orang yang harus open, takut juga dituntut KDRT karena tidak open dan ngopeni.. lha dalah...

UTHAK UTHIK LAN UMAK UMIK

Setelah melihat Profil Bpk Arif Nurcahyo di Mayaloka tepatnya di lingkungan Facebook, saya menjadi tertarik sebuah kata-kata yang menyebutkan sebuah pekerjaan beliau yakni "UTHAK UTHIK SINAMBI UMAK UMIK".

Saya tidak tahu mengapa saya tertarik kata-kata itu, hanya saja saya terus berfikir, menurut saya itu kata yang sangat sederhana dan unik. Mungkin arti nya adalah "Menggerakkan (biasanya) tangan dan jari beserta komat-kamit."

Kemudian setelah berkali-kali berfikir tentang itu, akhirnya saya membuat sebuah catatan ini mencoba 'menjlentrehkan" dengan bahasa saya sendiri, dan ini bukan sebuah dumeh. "Dumeh pembaca, sak enake dewe nyopet tulisane uwong". Bukan begitu maksudnya, saya hanya mencoba menggali dan memaknai kata-kata tersebut dengan cara saya sendiri, oleh saya sendiri dan untuk saya sendiri. Bila anda tertarik berkah bagi saya sendiri.

Sebelumnya saya "mretheli" dulu kata-kata UTHAK UTHIK SINAMBI UMAK-UMIK". Kalimat berbahasa jawa tersebut memiliki 2 arti terpisah namun juga menjadi satu.

Uthak-uthik..
Saat masih tinggal di kampung halaman bersama temen-temen dulu, kami sering mendengar kata-kata itu..
" Nang kowe uthak-uthik kuwi lagi ngopo ?".
" Heh kowe ojo uthak-uthik nang kono ?".
saya memahamimya uthak-uthik itu sebuah gerakan anggota badan, terutama jari tangan, yang mungkin mengerjakan sesuatu. Sang jari tangan tersebut bekerja karena di suruh oleh otak kita, entah apa yang diperintahkan, yang jelas itu manifes dari pikiran manusia. Sebagai contoh seorang montir "uthak-uthik dengan seonggok mesin". Jadi yang di uthik adalah mesin dengan tujuan entah di perbaiki atau di apa saja.

Umak-umik..
Kata-kata ini sering di pakai kaitannya dengan para dukun, komat-kamit mungkin dalam bahasa Indonesia. Umak-umik ini juga gerakan anggota badan, yakni bibir. Kalau boleh saya katakan ini gerakan refleks, mengikuti otak yang sedang berfikir atau sedang memikirkan sesuatu, sehingga tanpa sadar mulut kita ikut komat-kamit. Sering terjadi saat kita menulis sesuatu, otak kita berfikir mulut kita mengeja kata yang kita tulis. Entah benar atau salah ya Kira-kira begitulah..

Lalu apa dan kenapa harus saya tulis segala dan di fikirkan... Entah saya juga tidak tahu, tapi bila Uthak-uthik dan umak-umik itu menjadi sebuah kebiasaan yang positif, ini menunjukkan suatu proses seseorang yang dalam bahasa sekarang adalah Produktif. Apapun yang dihasilkan, pasti sebuah hal-hal yang bermanfaat. bukan tidak mungkin dengan uthak-uthik dan umak-umik kita akan menghasilkan sesuatu yang besar. sebagai contoh :

- dengan uthak-uthik dan umak-umik Mark Zuckerberg menciptakan facebook.
- dengan uthak-uthik dan umak-umik Lary page dan Sergey Brin bisa bikin Google
- dengan uthak-uthik dan umak-umik JK Rowling buat Novel Harry Potter
- dengan uthak-uthik dan umak-umik Sigmund Freud bisa bikin teori Psiko analisa..
- dan masih banyak lagi...

Seandainya anak turun kita di biasakan untuk "uthak-uthik dan umak-umik" yang positif maka bukan tidak mungkin, jika suatu saat nanti, di Indonesia akan mampu membuat karya-karya besar, seperti Pak Habibie dan lain-lain. Sayangnya di lingkungan kita, kita lihat bocah-bocah cilik yang di Uthak-uthik adalah remote TV, dengan sejuta sinetron-sinetron dan reality show "sing nggedhabrus" dan mulutnya pun "umak-umik" kagum dengan hal-hal "sing tambah nggedhabrus" itu. Kurang lebih juga sama seperti yang nulis ini.

Ra salah Londo njajah, wong pancen awake dewe ora duwe polah. Yen akeh polah wong monco mesti ra wani kakehan tingkah.(kata-kata ini aku yo ora pati ngerti..hehehe)

Artinya para kadang, mari kita ajak orang di kiwo lan tengen untuk kreatif dan tidak hanya suka nggumuni barang sing ora mbejaji. Ingaitkah kita..Jepang tahun 1945 Hancur tapi kini Luar Biasa, Kita Tahun Itu malah merdeka ternyata sampe sekarang juga "luar biasa.."

Untuk itu sepertinya saya harus mohon ijin ke Pak Arif Nurcahyo untuk mengkampanyekan "UHTK-UTHIK SINAMBI UMAK-UMIK" ini untuk diri saya sendiri, dan keluarga. Seandainya Lingkungan saya mau ya monggo tapi kalo tidak ya monggo, wong Pak Arif Nur cahyo yo ora rugi..